Senin, 20 Juli 2015

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ALIRAN MATERIALISME



MATERIALISME
           
            Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.
            Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi dari materi.

A.   Pengertian
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb).
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Materialis adalah paham yang hanya bersandar pada materi yang tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib.

B.   Ciri-ciri Materialisme
Secara global,ciri-ciri paham ini bisa kita klasifikasikan Setidaknya ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini :
1.      Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).
2.      Tidak meyakini adanya alam ghaib.
3.      Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
4.      Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5.      Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.

C.   Perkembangan Materialisme
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.
Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
·         Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
·         Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
·         Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
·         Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

Salah satu kritik terhadap paham materialisme dikemukakan oleh aliran filsafat eksistensialisme. Materialisme mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya adalah thing, benda, sama seperti benda-benda lainnya. Bukan berarti bahwa manusia sama dengan pohon, kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul. Akan tetapi, secara mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi, yakni hasil dari proses-proses unsur kimia.
Filsafat eksistensialisme memberikan kritik terhadap pandangan seperti ini. Cara pandang paham materialisme seperti ini mereduksi totalitas manusia. Manusia dilihat hanya menurut hukum-hukum alam, kimia, dan biologi, sehingga seolah sama seperti hewan, tumbuhan, dan benda lain. Padahal manusia memiliki kompleksitas dirinya yang tak dapat diukur, misalnya saja ketika berhadapan dengan momen-momen eksistensial seperti pengambilan keputusan, kecemasan, takut, dan sebagainya.

D.   Tokoh-Tokoh Materialisme
Tokoh-tokoh dari paham ini antara lain :

·         Anaximenes ( 585 -528)
·         Anaximandros ( 610 -545 SM)
·         Thales ( 625 -545 SM)
·         Demokritos (kl.460 -545 SM)
·         Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
·         Lamettrie (1709 -1715)
·         Feuerbach (1804 -1877)
·         H. Spencer (1820 -1903)
·         Karl Marx (1818 -1883)


Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.

E.   Bahaya Materialisme
Cara pikir yang menganggap uang dan materi adalah segala-galanya bisa sangat fatal akibatnya. Orang yang mempunyai cara berpikir demikian cenderung mempunyai kesimpulan bahwa jika kita tidak memiliki uang dan materi berarti tidak punya apa-apa. Sebagai konsekuensinya, orang seperti ini kurang menghargai hal-hal lainnya yang tak kalah pentingnya dengan uang dan materi yaitu: kesabaran, kebahagiaan, pengorbanan, dan masih banyak lagi.
Cara berpikir materialisme ini akan lebih berdampak buruk apabila orang yang menyakininya justru tidak memiliki uang dan materi yang cukup mendukung paham yang dianutnya itu. Apa yang terjadi adalah ketidak bahagiaan, kekecewaan, dan keluh-kesah.
Di lain pihak, bagi penganut paham materialisme ini yang memiliki uang dan materi yang berlebih maka apa yang mereka punyai itu seakan-akan menjadi pembenaran dari paham yang mereka anut.
Uang dan materi memang penting tapi bukan yang terpenting. Mengabaikan hal-hal lain dan semata-mata melihat uang dan materi sebagai standar keberhasilan dan kegagalan juga merusak keyakinan orang terhadap agama yang dianutnya. Nilai-nilai agama sedikit demi sedikit mulai terkikis dan pada akhirnya agama hanya akan menjadi sekedar formalitas, sementara dalam bersikap dan bertindak yang menjadi patokannya adalah paham materialisme sehingga orang tersebut seolah-olah mempunyai 2 agama.
Atheisme dan materialis memiliki ikatan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Yaitu tidak mengakui adanya tuhan. Karena mereka mengingkari alam ghaib. Para penganut paham ini menolak agama sebagai hukum kehidupan manusia. Mereka lebih mengedepankan akal sebagai sumber segala hukum. Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa hukum hanyalah apa yang bisa diterima oleh akal. Padahal kita ketahui bahwa hasil pemikiran manusia bersifat relatif. Dalam artian bisa salah dan benar.
Bahaya materialism berawal dari menafikan adanya Tuhan dan berujung pada penghalalan segala cara guna mencapai suatu tujuan. Kendatipun harus ditempuh dengan cara saling membunuh antar sesama. Karena para penganut paham ini tidak mengakui adanya tuhan dan hari kebangkitan. Yang ada dibenak mereka hanyalah dunia dan kenikmatan.

F.     Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta: Balai Pustaka.
P. A. van der Weij. 1988. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar