MATERIALISME
Materialisme adalah
paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar
ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua
fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.
Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi,
materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau
pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme
berseberangan dengan idealisme.
Materialisme tidak
mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti : roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku
immaterial tidak ada. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural.
Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi
dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada
penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran
yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali
lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang
abadi dari materi.
A.
Pengertian
Kata
materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat dipahami sebagai bahan;
benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi
alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata
benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
Sementara itu,
orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai
materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme
atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb).
Materialisme
merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain
materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu. Materialis adalah paham yang hanya
bersandar pada materi yang
tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib.
B.
Ciri-ciri
Materialisme
Secara global,ciri-ciri paham ini bisa kita klasifikasikan Setidaknya ada 5 dasar
ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini :
1.
Segala yang ada
(wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).
2.
Tidak meyakini
adanya alam ghaib.
3.
Menjadikan panca
indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu.
4.
Memposisikan
ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum.
5.
Menjadikan
kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak.
C.
Perkembangan
Materialisme
Pada abad
pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan
pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini.
Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan
penganut yang penting di Eropah Barat.
Pada abad ke-19
pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang
menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai
harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu,
faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan
abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan
mudah dimengerti.
Kemajuan aliran
ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal
ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui
adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa
ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang
Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
·
Materialisme
menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau
balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau
namanya.
·
Materialisme
menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada
hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
·
Materialisme
mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri.
padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu
Tuhan.
·
Materialisme
tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.
Salah satu
kritik terhadap paham materialisme dikemukakan oleh aliran filsafat eksistensialisme.
Materialisme mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya adalah thing, benda, sama
seperti benda-benda lainnya. Bukan berarti bahwa manusia sama dengan pohon,
kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul. Akan tetapi, secara
mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi, yakni hasil dari proses-proses
unsur kimia.
Filsafat
eksistensialisme memberikan kritik terhadap pandangan seperti ini. Cara pandang
paham materialisme seperti ini mereduksi totalitas manusia. Manusia dilihat
hanya menurut hukum-hukum alam, kimia, dan biologi, sehingga seolah sama
seperti hewan, tumbuhan, dan benda lain. Padahal manusia memiliki kompleksitas
dirinya yang tak dapat diukur, misalnya saja ketika berhadapan dengan
momen-momen eksistensial seperti pengambilan keputusan, kecemasan, takut, dan
sebagainya.
D.
Tokoh-Tokoh
Materialisme
Tokoh-tokoh dari paham ini antara lain :
·
Anaximenes ( 585
-528)
·
Anaximandros (
610 -545 SM)
·
Thales ( 625
-545 SM)
·
Demokritos
(kl.460 -545 SM)
·
Thomas Hobbes (
1588 -1679)
·
Lamettrie (1709
-1715)
·
Feuerbach (1804
-1877)
·
H. Spencer (1820
-1903)
·
Karl Marx (1818
-1883)
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini
adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat
kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran
filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang
materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis
pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili
paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia
tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di tempat
lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialisme
ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak
mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi
otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan
keberadaan materialisme.
E.
Bahaya
Materialisme
Cara pikir yang
menganggap uang dan materi adalah segala-galanya bisa sangat fatal akibatnya.
Orang yang mempunyai cara berpikir demikian cenderung mempunyai kesimpulan bahwa
jika kita tidak memiliki uang dan materi berarti tidak punya apa-apa. Sebagai konsekuensinya, orang
seperti ini kurang menghargai hal-hal lainnya yang tak kalah pentingnya dengan
uang dan materi yaitu: kesabaran,
kebahagiaan,
pengorbanan, dan masih banyak lagi.
Cara berpikir
materialisme ini akan lebih berdampak buruk apabila orang yang menyakininya
justru tidak memiliki uang dan materi yang cukup mendukung paham yang dianutnya
itu. Apa yang terjadi adalah ketidak bahagiaan, kekecewaan, dan keluh-kesah.
Di lain pihak,
bagi penganut paham materialisme ini yang memiliki uang dan materi yang
berlebih maka apa yang mereka punyai itu seakan-akan menjadi pembenaran dari
paham yang mereka anut.
Uang dan materi
memang penting tapi bukan yang terpenting. Mengabaikan hal-hal lain dan
semata-mata melihat uang dan materi sebagai standar keberhasilan dan kegagalan
juga merusak keyakinan orang terhadap agama yang dianutnya. Nilai-nilai agama
sedikit demi sedikit mulai terkikis dan pada akhirnya agama hanya akan menjadi
sekedar formalitas, sementara dalam bersikap dan bertindak yang menjadi
patokannya adalah paham materialisme sehingga orang tersebut seolah-olah
mempunyai 2 agama.
Atheisme dan
materialis memiliki ikatan yang sangat erat yang tidak bisa dipisahkan antara
keduanya. Yaitu tidak mengakui adanya tuhan. Karena mereka mengingkari alam
ghaib. Para penganut paham ini menolak
agama sebagai hukum kehidupan manusia. Mereka lebih mengedepankan akal sebagai
sumber segala hukum. Pada akhirnya prinsip ini melahirkan suatu ideologi bahwa
hukum hanyalah apa yang bisa diterima oleh akal. Padahal kita ketahui bahwa
hasil pemikiran manusia bersifat relatif. Dalam artian bisa salah dan benar.
Bahaya materialism berawal dari
menafikan adanya Tuhan
dan berujung pada penghalalan segala cara guna mencapai suatu tujuan.
Kendatipun harus ditempuh dengan cara saling membunuh antar sesama. Karena para
penganut paham ini tidak mengakui adanya tuhan dan hari kebangkitan. Yang ada
dibenak mereka hanyalah dunia dan kenikmatan.
F. Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000.
Jakarta: Balai Pustaka.
P. A. van der Weij. 1988. Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar