
LOMBA
ARTIKEL ILMIAH
DALAM RANGKA HUT PGRI
TINGKAT
PROPINSI JAWA TENGAH
JUDUL
MELALUI
“MAKALA” DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN KARAKTER MANDIRI MATEMATIKA
Disusun
Oleh
Nama : KARTONO,
S.Pd
NIP : 19710627 199903 1 007
Instansi : SD
Negeri Kedungori 1 Dempet
Demak
Alamat
Email : kartonosutet@yahoo.co.id
UPTD
PENDIDIKAN PEMUDA
DAN OLAH RAGA KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2012
|
ABSTRAK
The research was motivated than sixth grade students at
our school in solving problems Fellowship Biggest Factor (FPB) and more
dependent teachers. So we need a learning interesting and challenging to help
students work quickly and help the characters mandiri.Salah an alternative
through the "Makala" (playing 'kite frame).
This study aims to boost student learning outcomes in seeking material FPB to three numbers by using the model of learning "Makala".The research method used was action research conducted over four months in two cycles each cycle of the meeting. Research subjects sixth grade students of SDN Kedungori 1 by 35 students. Each cycle consists of planning, execution, observation, and reflection. Data collection tool using student assessment sheet, and the sheet observasi.Sedangkan data analysis using descriptive analysis techniques percentage with the formula: Σ = N / YX 100%. To determine the improvement of learning outcomes were analyzed with descriptive comparative techniques. Indicators of this research work is considered successful if 85% of all students scored ≥ 65% and 85% of all students scored ≥ Good
The results showed that through the learning model "Makala" can improve learning outcomes of students of class VI Mathematics Kedungori 1 on material SDN looking for FPB two numbers. It can be seen from the increase in the average yield learning from 54.86 to 68.86 the initial condition in cycle 1 with a 61% working indicators of achievement, and in cycle 2 to 85.71 with the attainment of 91% employment indicators and independent character of students Well there is a category ≥ 33 students working with indicators of achievement by 94%
It can be concluded that through 'Makala' can improve learning outcomes in Mathematics Content looking FPB two numbers so this method can be applied in SDN Kedungori 1 .. It is recommended to fellow teachers should try to apply this learning model in their respective schools.
This study aims to boost student learning outcomes in seeking material FPB to three numbers by using the model of learning "Makala".The research method used was action research conducted over four months in two cycles each cycle of the meeting. Research subjects sixth grade students of SDN Kedungori 1 by 35 students. Each cycle consists of planning, execution, observation, and reflection. Data collection tool using student assessment sheet, and the sheet observasi.Sedangkan data analysis using descriptive analysis techniques percentage with the formula: Σ = N / YX 100%. To determine the improvement of learning outcomes were analyzed with descriptive comparative techniques. Indicators of this research work is considered successful if 85% of all students scored ≥ 65% and 85% of all students scored ≥ Good
The results showed that through the learning model "Makala" can improve learning outcomes of students of class VI Mathematics Kedungori 1 on material SDN looking for FPB two numbers. It can be seen from the increase in the average yield learning from 54.86 to 68.86 the initial condition in cycle 1 with a 61% working indicators of achievement, and in cycle 2 to 85.71 with the attainment of 91% employment indicators and independent character of students Well there is a category ≥ 33 students working with indicators of achievement by 94%
It can be concluded that through 'Makala' can improve learning outcomes in Mathematics Content looking FPB two numbers so this method can be applied in SDN Kedungori 1 .. It is recommended to fellow teachers should try to apply this learning model in their respective schools.
A. PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan daya
pikir manusia. Perkembangan pesat di
berbagai bidang teknologi, informasi, dan komunikasi juga tidak lepas dari
perkembangan matematika. Dalam buku model
kurikulum terbitan BSNP tahun 2008 pada latar belakang pengajaran matematika
disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar tujuannya untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Bertolak dari peranan dan manfaat matematika terhadap perkembangan
teknologi di berbagai bidang tersebut,
sekolah dasar diharapkan memberikan pembelajaran matematika secara
optimal sehingga tujuan dari pengajaran matematika dapat tercapai. Realitanya jauh dari harapan. Umumnya Hasil belajar matematika pada
sebagian besar siswa memperoleh hasil yang rendah. Demikian halnya siswa penulis di SDN
Kedungori 1. Pada waktu pembelajaran
matematika dengan materi menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai
3 Bilangan dari 35 siswa di kelas VI, hanya 11 siswa yang mencapai standar
ketuntasan minimal atau hanya 31 % saja. Rendahnya hasil belajar matematika
tersebut dimungkinkan oleh persepsi siswa terhadap pelajaran matematika.
Sebagian siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menakutkan, menjadi momok bagi
mereka. Tidak sedikit pula siswa yang
menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan membosankan. Banyak siswa yang merasa takut, enggan, dan kurang tertarik pada pelajaran
matematika. Jika dicermati ketakutan dan
keengganan pada pelajaran matematika itu barawal dari ketidakmengertian atau
ketidakjelasan siswa pada materi pembelajaran matematika.
Untuk mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran matematika, dari anggapan matematika itu membosankan dan
menakutkan menjadi matematika itu mudah,
mengasyikkan dan menyenangkan
perlu peran guru untuk mewujudkannya. Mengingat materi pembelajaran matematika
itu bersifat abstrak, maka cara yang dipandang efektif adalah guru harus
menggunakan alat peraga. Dengan alat
peraga, sesuatu yang sifatnya abstrak bisa diubah menjadi konkrit. Disamping itu dengan alat peraga siswa
menjadi lebih aktif, pembelajaran lebih
mengasyikkan dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih bergairah yang
imbasnya tentu saja adalah hasil belajar yang dicapai siswa maksimal.
Dalam proses pembelajaran alat
peraga juga berfungsi sebagai penyaji
stimulus (informasi, dan lain-lain) dan untuk meningkatkan keserasian
(menyamakan persepsi) dalam penerimaan informasi. Fungsi alat peraga dalam
proses pembelajaran adalah untuk mengatasi hambatan dalam proses komunikasi,
interaksi, mengatasi keterbatasan fisik
dan mengatasi sifat pasif siswa. Alat
peraga atau media juga diperlukan untuk menunjang pembelajaran bermakna. Hal ini disebabkan siswa dapat secara
langsung mengkonstruksi pengetahuan yang ada, sehingga hasil belajar optimal.
Adapun alat peraga yang akan penulis gunakan pada pembelajaran matematika
dengan materi menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan dengan
”Makala”(bermain Kerangka Layang – Layang ) yang diimplementasikan dengan model
pembelajaran kontekstual (CTL ). Penggunaan media
dan model pembelajaran ini ini penulis terapkan pada Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) terdiri atas dua siklus..
Berdasarkan catatan-catatan guru ketika melakukan refleksi setelah
pembelajaran selesai dan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat
berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada saat pembelajaran yaitu
pembelajaran kurang berhasil penguasaan materi masih di bawah KKM,
siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran,
dan kosentrasi siswa masih rendah dalam mengikuti pelajaran
Peneliti
menganalisis penyebab terjadinya masalah tersebut : guru masih menerapkan
pembelajaran konvensional, mendominasi pembelajaran, menggunakan metode ceramah, tidak
menggunakan alat peraga / media yang menarik siswa, dan penjelasan guru tidak interaktif.
Sedangkan dari siswa, penyebab
terjadinya kegagalan pembelajaran matematika dengan materi menentukan Faktor
Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan
adalah: siswa mengalami
ketakutan/kecemasan pada matematika (math anxianty), Matematika
dianggap sulit oleh siswa, siswa bosan mengikuti pembelajaran, dan siswa tidak tertarik dengan cara penyajian guru.
Adapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam
penelitian ini bagaimana cara
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang
Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan di kelas VI
semester 1 Tahun Pelajaran 2010 / 2011
SDN Kedungori 1 Kecamatan Dempet melalui ”Makala” ?”
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga
permainan Kerangka Layang - Layang pada pembelajaran matematika dengan materi Menentukan
Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan.
Secara teoristis, jika penelitian ini terbukti bahwa melalui model
pembelajaran group investigation dengan teknik ”Makala” dapat meningkatkan
hasil belajar siswa berarti dapat dijadikan acuan teori untuk penelitian
selanjutnya. Selebihnya penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya paedagogig.
Secara praktis, penelitian ini bermafaat bagi: guru untuk
berimprovisasai dalam proses kegiatan pembelajaran, guna mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi sebagai akibat pembaharuan kurikulum, siswa akan senang belajar
matematika dengan cara yang sesuai perkembangan daya nalarnya, dan bagi
institusi membantu sekolah.
untuk berkembang karena adanya kemajuan pada diri guru
dan pendidikan di sekolah tersebut.
B.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedungori 1 selama empat bulan dari
bulan Juli s.d. Oktober 2012. Adapun subjek penelitiannya siswa kelas VI
semester 1 sejumlah 35 siswa terdiri atas 21 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan
teori Kurt Lewin (Arikunto,2006:16) yang menunjuk empat komponen penelitian
tindakan kelas yakni: perencanaan(planning), tindakan(action),pengamatan(observing),
dan refleksi(reflecting).
Sesuai
teori penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus
dalam satu pertemuan (2x35 menit). Tiap siklus terdiri atas kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi pada lembar penilaian yang dibagikan
siswa setelah mengikuti tes akhir pembelajaran dan perilaku mandiri siswa dalam pembelajaran. Observasi difokuskan pada
perolehan hasil belajar siswa yang dikorelasikan dengan kegiatan guru dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Sedangkan
teknik analisa data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.
Data-data tersebut dianalisis untuk
dibandingkan dengan teknik deskriftif prosentase yaitu menghitung jumlah siswa
yang tuntas dengan jumlah siswa seluruhnya dikali seratus persendengan rumus: ∑=N/Y
X 100% (N=Jumlah siswa yang
tuntas, Y=jumlah semua siswa, Sudjana, 2002:67) pada tiap siklus. Untuk mengetahuan peningkatan
perbaikan pembelajaran data kuantitatif tiap siklus dianalisa dengan teknik
deskriftif komparatif. Hasil penghitungan observasi karakter mandiri siswa
dikonsultasikan dengan tabel criteria diskriftif prosentase dalam 5 kategori
yaitu sangat baik (86-100), baik (71-85), cukup (55-70), kurang (50-54), dan
sangat kurang (0-49).(Murni, 2010:52).
Indikator penelitian ini adalah anak mencapai tuntas belajar apabila anak
mendapat nilai minimal 65% atau mendapat nilai ≥ 65%. Penelitian ini dianggap
berhasil apabila 85% dari seluruh anak mendapat nilai ≥ 65% dan 85% dari
seluruh siswa karakter mandiri siswa kategori ≥ baik. (Mulyasa, 2003:101).
C.
HASIL
PENELITIAN
1. Data Pra Siklus
Diperoleh gambaran yang menurut H.M.Akib Hamid dan Nan
Heryanto dalam Statistik Dasar (2004:3.5) sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Pra Siklus
|
No
|
N.siswa
(x)
|
Frekuensi
|
fx
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
2
5
6
6
5
3
5
2
1
|
40
150
240
300
300
210
400
180
100
|
|
|
Jumlah
|
35
|
1920
|
|
|
Rata-rata
|
-
|
54,86
|
|
|
Indikator Kerja
|
11
|
31%
|
Peneliti mengadakan refleksi bahwa penggunaan
model pembelajaran sudah optimal namun siswa perlu banyak berlatih untuk
memahami konsep,penguasaan materi siswa masih kurang, dan siswa masih banyak
memerlukan bimbingan. Perbaikan pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada
kegiatan guru dan siswa yaitu penggunaan media kerangka layang - layang sudah
ada kemajuan. Sehingga dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus I lebih
baik tetapi belum optimal. Dari analisa data hasil belajar yang dicapai oleh
siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I diketahui bahwa nilai terendah 40
nilai tertinggi 100 dan
Sebelum
perbaikan siswa yang menguasai materi pelajaran diatas 65 % hanya 11 siswa dari 35 siswa atau 31%.Disini
guru hanya menggunakan metode konvensional ceramah,tanya jawab dan tugas. Guru belum
menggunakan alat peraga kerangka layan g-layang.
2.
Data Siklus I
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan
identifikasi masalah dan perumusan masalah sebagai acuan untuk membuat rencana
perbaikan siklus I. Peneliti juga menyiapkan langkah – langkah model
pembelajaran Group Investigation dan media pembelajaran yang akan digunakan
yaitu alat peraga permainan kerangka layang - layang. Dalam perencanaan telah
disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif.
Perbaikan
pembelajaran siklus I dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan
appersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Hasil tes formatif ini dianalisa
hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut berhasil
atau tidak
Dari
data yang dilakukan oleh pengamat dikatahui bahwa guru sudah menggunakan
materi, menggunakan alat peraga dan memberikan soal latihan yang cukup tetapi
guru belum mengoptimalkan penerapan model pembelajaran Group Investigation
melalui permainan dengan alat peraga kerangka layang - layang. Sedangkan
pengamatan terhadap siswa diperoleh data bahwa
masih ada siswa yang kurang konsentrasi, malu bertanya dan diberi
pertanyaan tidak menjawab sehingga penerapan model pembelajaran “Makala” kurang
maksimal. Siswa perlu dirangsang untuk berani bertanya dan mandiri dalam pembelajaran.
Tabel. 2.
Data Hasil Bel.
Siklus I
|
No
|
Nilai siswa (x)
|
Frek.
|
fx
|
|
1
2
3
4
5
6
7
|
40
50
60
70
80
90
100
|
4
4
9
2
10
3
3
|
160
200
660
140
800
270
300
|
|
|
Jumlah
|
35
|
2410
|
|
|
Rata - rata
|
-
|
68,86
|
|
|
Indikator
Kerja
|
11
|
51%
|
nilai rata – rata 68,86.
Dari 35siswa baru 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sedangkan 17 siswa yang lain
memperoleh nilai kurang dari 65.
Karakter
mandiri siswa yang sebelumya cenderung cukup, meningkat menjadi cenderung baik
dan ada yang sangat baik. Hal ini tampak pada banyaknya siswa yang mampu
mengerjakan dan memilih soal sendiri meningkat 25 siswa dari 12 siswa kondisi
sebelumnya.
Oleh karena itu direncanakan perbaikan pembelajaran
siklus II. Berikut ini penulis akan menyajikan gambaran dalam bentuk tabel dan
grafik dari hasil perolehan nilai siswa perbaikan pembelajaran siklus I.
2.
Data Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil
refleksi pada siklus I. Pada tahap perencanaan ini peneliti merancang rencana
perbaikan pembelajaran Siklus II, menyiapkan alat peraga kerangka layang –
layang dan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan soal tes
formatif.
Perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan
appersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Hasil tes formatif ini dianalisa
hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut berhasil
atau tidak
Dari data yang dilakukan oleh pengamat dikatahui bahwa
guru sudah menyampaikan materi, menggunakan alat peraga dan memberikan soal latihan yang cukup
tetapi guru belum mengoptimalkan penerapan model pembelajaran
”Makala”. Sedangkan pengamatan terhadap siswa diperoleh data
bahwa siswa sudah konsentrasi dan respon terhadap
materi, ada keberanian bertanya
dan diberi umpan balik tampak aktif
sehingga penerapan model pembelajaran ini sudah maksimal.
Peneliti
mengadakan refleksi bahwa perbaikan pembelajaran siklus II dengan teknik “Makala” ada kemajuan signifikan. Sehingga dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus
II lebih baik dari Siklus I. Dari analisa data hasil belajar yang dicapai oleh
siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II diketahui bahwa nilai terendah 40
nilai tertinggi 100 dan nilai rata – rata 68,86. Dari 35siswa baru 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sedangkan 17 siswa yang lain memperoleh nilai kurang dari 65.
Karakter
mandiri siswa meningkat pesat. Hal ini tampak pada banyaknya siswa yang mampu
mengerjakan dan memilih soal sendiri meningkat 33 siswa dari 25 siswa kondisi
sebelumnya. Ada 2 siswa masih memerlukan bimbingan karena mengalami lambat
belajar.
Oleh karena itu tidak perlu ada
siklus selanjutnya. Berikut ini
penulis akan menyajikan gambaran dalam bentuk tabel hasil perolehan nilai siswa
perbaikan pembelajaran siklus II
Tabel. 3.
Data Hasil Belajar Siklus II
|
No
|
Nilai siswa (x)
|
Frek.
|
fx
|
|
1
2
3
4
5
|
60
70
80
90
100
|
3
2
17
8
5
|
180
140
1360
720
500
|
|
|
Jumlah
|
35
|
3000
|
|
|
Rata - rata
|
-
|
85,71
|
|
|
Ind.Kerja
|
31
|
91%
|
Hasil tersebut
bila dibandingkan dengan data kondisi awal kelas dengan siklus I maka mengalami
peningkatan dimana hasil tes formatif siklus I rata-rata 68,86 meningkat 15,00
dari pra siklus yang hanya 54,86. Prosentase ketuntasan di atas KKM 65 dari pra
siklus yang hanya 31% menjadi 51% jadi ada peningkatan 20%. Demikian halnya
pada siklus II skor rata-rata 85,71 dan prosentase ketuntasan mencapai 91% jauh
lebih baik dari kondisi awal dan siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel. 4
Data Peningkatan Hasil
Belajar Siswa
dari Kondisi
Awal, Siklus I, dan
Siklus II
|
Hasil Belajar
|
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|
Rata
- rata
|
54,86
|
68,86
|
85,71
|
|
Indikator
Kerja
|
31%
|
51%
|
91%
|
Dilihat dari variabel karakter mandiri
siswa pada pelaksanaan pembelajaran mulai kondisi awal mengalami peningkatan
baik dan sangat baik, dan penurunan karakter mandiri cukup, kurang, dan sangat
kurang, seprti tampak pada tabel berikut:
Tabel. 5
Data Peningkatan Karakter Mandiri Siswa
dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
|
Karakter Mandiri
|
Pra Sik.
|
Siklus
I
|
Siklus II
|
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kur.
|
4
8
11
7
5
|
10
15
6
3
1
|
15
18
1
1
-
|
Berhasilnya
”Makala” meningkatkan hasil belajar siswa, disebabkan karena siswa mengenal
kerangka layang-layang yang digunakan sebagai media bermain dan belajar di
lingkungannya. Media ini sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga terasa
lebih rileks dalam mengerjakan variasi soal-soal FPB. Siswa mampu menyelesaikan
soal-soal secara mandiri dan tumbuh karakter rasa ingin tahu.
D.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa secara umum
implementasi model pembeljaran “Makala” dapat meningkatkan hasil belajar dan
karakter mandiri Matematika materi mencari FPB siswa Kelas VI semester 1 SDN
Kedungori 1 Dempet Demak tahun pelajaran 2012/2013.
Penulis
menyarankan kepada rekan guru agar mengoptimalkan pembelajaran melalui berbagai
aktivitas mecoba menerapkan inovasi pembelajaran seperti penelitian tindakan
kelas ini tentu saja relevansikan dengan kondisi peserta didik. Selamat
mencoba!
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Mulyana,Asnawi
Zainul,2008,Tes dan Asesmen di SD,Jakarta, Universitas Terbuka.
Akib
Hamid,Nar Heryanto,2008,Statistik Dasar,Jakarta Universitas Terbuka.
Asep
Herry Hermawan,dkk,2008,Pengembangan Kurikulum da Pembelajaran ,Jakarta,Universitas
Terbuka.
BNSP. 2006. Standar Isi. Jakarta
Depdikbud. 1994. GBPP Matematika SD Tahun 1994. Jakarta
Denny Setiawan, dkk. Kompuer
dan Media Pembelajaran. Jakarta : UnVIersitas Terbuka
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta.
Kencana Prenada Media Group
Hudoyo, Herman. 1990 Straegi Belajar Matematika.
Malang : IKIP Malang Press
I.G.A.K.Wardani, Kuswaya Wihardi, Nochi Nasution, 2008. Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka
Kasri, M.K. 1994, Pelajaran Matematika Penekanan Pada
Berhitung. Jakarta : Erlangga
Karso,dkk. Pendidikan Matematika1. Jakarta :
UnVIersitas Terbuka
Mulyasa. 2004. Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Bandung :
Remaja Rosda Karya
Udin.S.Winataputra, 2004.Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Universitas Terbuka.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda
tangan di bawah ini saya :
Nama : KARTONO, S.Pd
NIP : 19710627 19903 1 007
Tempat dan tanggal lahir : Demak, 27 Juni 1971
Pangkat / Golongan : Penata
/ IIIC
Jabatan : Guru SD
Alamat Sekolah :
SD Negeri Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak Propinsi
Jawa Tengah
Alamat Rumah :
Desa Babat RT 05 RW I Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Demak Propinsi
Jawa Tengah
NO.HP :
081 325 365 916
Dengan ini
menyatakan bahwa naskah yang kami kirim ke Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan judul KUMPULAN PANTUN BERKARAKTER BANGSA (
untuk kategori Pengayaan Kepribdian), benar – benar asli, tidak berseri, tidak
sedang diikutsertakan pada sayembara lain sebagian atau seluruhnya, belum
pernah menjadi pemenang sebagian atau seluruhnya dalam sayembara manapun, dan
belum pernah diterbitkan sebagian atau seluruhnya dalam penerbit manapun.
Demikian surat
pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.
Demak.
2 April 2012
Penulis
Naskah
KARTONO, S.Pd
NIP. 19710627 199903 1 007