Minggu, 04 Agustus 2024

ARTIKEL AKSI NYATA BUDAYA POSITIF MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF_KARTONO CGP RECOGNISI ANGKATAN 11 KELAS 11 TAHUN 2024

 




ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

Oleh : Kartono

CGP Recognisi Angkatan 11

 

Pada kegiatan aksi nyata di akhir pembelajaran Modul 1.4 Budaya Positif ini, saya melakukan aksi nyata dalam kegiatan diseminasi secara daring untuk rekan-rekan sejawat di sekolah dan beberapa sekolah yang berdekatan. Kegiatan diseminasi ini sebagai ruang untuk berbagi praktik baik dan berkolaborasi antar tenaga pendidik di sekolah secara virtual dengan media gmeet. Diseminasi daring lebih efektif tidak menggangu di tengah kesibukan Bapak Ibu Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran atau tugas tambahan yang lain. Berbagi melalui diseminasi ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan diri saya sendiri dan rekan guru lain dalam mendidik murid memberikan kontribusi positif untuk mencerdaskan kegidupan bangsa. Kami belajar bersama tentang Budaya Positif dan strategi implementasinya untuk mewujudkannya menjadi budaya positif baik dilingkup kelas maupun sekolah serta menginternalisasi pada diri semua warga sekolah. Kegiatan diseminasi selama kurang lebih satu jam salah satu guru menjadi moderator diseminasi. Sesi kegiatan diseminasi diawali dengan penyampaian materi dilanjutkan dengan tanya jawab pada akhir sesi ada refleksi bersama. Melalui diseminasi diharapkan rekan-rekan guru memahami pentingnya Budaya positif, nilai-nilai kebajikan, dan kesepakatan kelas/sekolah.

Pada sesi kegiatan diseminasi tersebut kami berbagi materi modul 1.4 Budaya Positif yang ada di Modul meliputi sebagai berikut:

1.    Perubahan Paradigma Pembelajaran

Seiring dengan perjalanan waktu telahterjadi perubahan paradigma pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Perubahan paradigma pembelajaran ini merupakan pergeseran antara stimulus respon menjadi teori kontrol. Pembelajaran dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran yang berpihak kepada murid dan berdiferensiasi, sehingga setiap murid akan belajar sesuai dengan kebutuhan dari tahap perkembangannya untuk menjadi manusia yang bisa meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dimasa depan nanti. Perubahan paradigma ini sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pembelaran hakikatnya menuntun sesuai kodratnya. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran bukan satu-satunya sumber belajar, menginovasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang beraneka ragam.

 

2.   Budaya Positif dan Nilai Kebajikan Universal

Budaya positif dan nilai kebajikan universal sangat hubungannya dalam berperilaku positif bagi murid di sekolah. Makna kata Budaya itu sendiri adalah sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapat kepatuhan. Kemudian yang dimaksud dengan budaya positif adalah pendekatan untuk mendidik murid yang bertujuan untuk membentuk kontrol diri dan meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka bisa berperilaku dengan berpedoman kepada nilai-nilai kebajikan universal yaitu, sifat positif manusia, merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai oleh setiap individu, terlepas dari suku bangsa, bahasa, agama, maupun latar belakangnya. Untuk mewujudkan budaya positif dan menguatkan keyakinan terhadap nilai kebajikan universal membutuhkan kerja keras semua pihak baik guru dan semua warga sekolah.

 

3.   Teori Motivasi, Hukuman, Penghargaan, dan Restitusi

Setiap perilaku salah atau tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh murid kita pasti punya motivasi tertentu yang terbagi menjadi tiga, yaitu: untuk menghindari punishman atau hukuman, untuk mendapatkan reaward atau penghargaan, kemudian motivasi yang paling baik adalah untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Dari tidakan yang didasari motivasi-motivasi tersebut maka seorang guru akan memberikan respon kepada muridnya yang dikategorikan menjadi konsep budaya identitas gagal dan konsep Budaya identitas sukses. Konsep budaya identitas gagal mencakup 2 (dua) tindakan yaitu memberikan hukuman dan penghargaan, yang dimaksud dengan hukuman adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang yang bersifat memaksa dan menyakitkan, sedangkan penghargaan adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu imbalan yang diinginkan. Kemudian konsep Budaya identitas sukses mencakup 2 (dua) tindakan yaitu konsekuensi dan restitusi, yang dimaksud dengan konsekuensi adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang yang membutuhkan proses stimulus respon, sedangkan restitusi adalah proses mencipakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan sehingga mereka bisa kembali pada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.

 

4.   Kebutuhan Dasar Manusia

Setia manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam hidupnya. Kebutuhan dasar manusia merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk memahami kebutuhan dasar manusia termasuk murid kita. Murid kita melakukan suatu tindakan mencari perhatian, ingin berbuat bebas, menganggu teman, bermain di luar batas seperti tersebut bisa saja karena kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, sehingga mereka berusaha mencari cara agar bisa terpenuhi. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi lima, yaitu : bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. Guru perlu memahami 5 kebutuhan dasar manusia tersebut karena setiap murid memiliki cara pandang yang berbeda dan perilakunya. Perlilaku yang dilakukan murid  tentunya mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhannya.

 

5.   Keyakinan Kelas

Alasan utama perlu dibuat keyakinan kelas adalah adanya nilai yang diyakini bersama. Kemudian nilai tersebut merupakan kesepakatan bersama sehingga tidak ada alasan untuk melanggar kesepakatan yang dibuat bersama. Diperlukan suatu nilai yang membantu mereka menjadi murid yang berbudaya positif dalam hal ini adalah keyakinan kelas, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati oleh guru dan murid secara tersirat dan tersurat dalam kelas sebagai acuan dalam berperilaku terhadap diri sendiri dan orang lain dalam lingkungan tersebut. Untuk membentuk keyakinan kelas dan kesepakatan kelas ada prosedurnya. Diawali bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah Menyusun keyakinan kelas sesuai prosedur  dengan mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. Meninjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Meninjau ulang keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama.menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid. Pada bagian akhir bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.

 

6.   Posisi Kontrol Guru

Salah satu peran guru yang sangat urgen dalam mewujudkan budaya positif adalah posisi kontrol terhadap perilaku murid. Budaya positif juga bisa diwujudkan dengan memiliki posisi kontrol terbaik sebagai seorang guru dalam merespon tindakan yang dilakukan murid. Posisi kontrol tersebut dibagi menjadi lima, yaitu, penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dalam hal ini posisi manajer dianggap sebagai posisi kontrol yang terbaik dan ideal untuk diterapkan. Posisi manajer lebih efektif sikap guru ketika melihat murid yang melakukan kesalahan tidak langsung menghukum atau menasehati. Namun diawali dengan memahami tindakan ketika bersalah itu biasa, ada alasan, dan solusinya.

 

7.   Segitiga Restitusi

Penerapan segitiga restitusi menunjukkan bahwa guru sedang memposisikan diri sebagai posisi manajer. Pada posisi manager guru tidak berperan sebagai pengatur perilaku muridnya, melainkan guru sebagai pembimbing murid agar bisa mengatur dirinya menjadi pribadi dengan karakter yang lebih kuat lagi. Disinilah konsep Budaya identitas sukses diterapkan melalui restitusi yang memiliki 3 tahapan, yaitu : menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Strategi dengan segitiga restitusi lebih nyaman bagi murid dan bisa menguatkan motivasi instrinsik bagi murid dalam menyelesaikan maslahnya sendiri.

 

Demikianlah garis besar materi yang saya sampaikan dalam kegiatan diseminasi secara daring modul 1.4. Budaya Positif melalui kegiatan berbagi ini berharap rekan sejawat bisa mengimplementasikan sedikit pengetahuan di kelas masing-masing sehingga budaya positif bisa terwujud di sekolah. Utamanya penerapan sikap disiplin diri pada murid. Guru perlu memfasilitasi murid agar bisa memiliki disiplin diri yang kuat. Tiada gading yang tak retak aksi nyata yang saya lakukan pasti masih banyak kekurangan. Tentu banyak sekali hal yang perlu saya perbaiki dalam pelaksanaan kegiatan ini, untuk itu saran dan masukan baik dari berbagai pihak akan menjadi sangat berarti untuk perbaikan pada kegiatan- kegiatan yang akan saya ke depan.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar