ARTIKEL AKSI NYATA MODUL 1.4
BUDAYA POSITIF
Oleh : Kartono
CGP Recognisi Angkatan 11
Pada kegiatan aksi nyata di akhir pembelajaran Modul 1.4 Budaya
Positif ini, saya melakukan aksi nyata dalam kegiatan diseminasi secara daring
untuk rekan-rekan sejawat di sekolah dan beberapa sekolah yang berdekatan.
Kegiatan diseminasi ini sebagai ruang
untuk berbagi praktik baik dan berkolaborasi
antar tenaga pendidik
di sekolah secara virtual dengan media gmeet. Diseminasi daring lebih efektif tidak
menggangu di tengah kesibukan Bapak Ibu Guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran atau tugas tambahan yang lain. Berbagi melalui diseminasi
ini diharapkan bermanfaat untuk
mengembangkan diri saya sendiri dan rekan guru lain dalam mendidik murid memberikan kontribusi positif untuk
mencerdaskan kegidupan bangsa. Kami belajar
bersama tentang Budaya Positif dan strategi implementasinya
untuk mewujudkannya menjadi budaya positif
baik dilingkup kelas maupun sekolah serta menginternalisasi pada diri
semua warga sekolah. Kegiatan
diseminasi selama kurang lebih satu jam salah
satu guru menjadi moderator diseminasi. Sesi kegiatan
diseminasi diawali dengan
penyampaian materi dilanjutkan dengan tanya jawab pada akhir sesi ada refleksi bersama. Melalui diseminasi
diharapkan rekan-rekan guru memahami pentingnya Budaya positif, nilai-nilai
kebajikan, dan kesepakatan kelas/sekolah.
Pada sesi kegiatan diseminasi tersebut kami berbagi materi
modul 1.4 Budaya Positif yang ada di Modul meliputi
sebagai berikut:
1.
Perubahan Paradigma Pembelajaran
Seiring
dengan perjalanan waktu telahterjadi perubahan paradigma pembelajaran sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Perubahan paradigma pembelajaran ini merupakan pergeseran antara stimulus respon menjadi teori kontrol. Pembelajaran dirancang berdasarkan prinsip
pembelajaran yang berpihak
kepada murid dan berdiferensiasi, sehingga
setiap murid akan belajar sesuai
dengan kebutuhan dari tahap perkembangannya untuk menjadi manusia
yang bisa meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dimasa depan nanti. Perubahan paradigma ini sesuai
dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pembelaran hakikatnya menuntun sesuai
kodratnya. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran bukan satu-satunya
sumber belajar, menginovasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar murid
yang beraneka ragam.
2.
Budaya Positif dan Nilai Kebajikan Universal
Budaya
positif dan nilai kebajikan universal sangat hubungannya dalam berperilaku
positif bagi murid di sekolah. Makna kata Budaya itu sendiri adalah sesuatu yang dilakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapat kepatuhan. Kemudian yang
dimaksud dengan budaya positif adalah pendekatan untuk mendidik murid yang
bertujuan untuk membentuk kontrol diri dan meningkatkan kepercayaan diri, sehingga mereka bisa
berperilaku dengan berpedoman kepada nilai-nilai kebajikan universal yaitu, sifat positif manusia, merupakan
tujuan mulia yang ingin dicapai oleh setiap
individu, terlepas dari suku
bangsa, bahasa, agama, maupun latar belakangnya.
Untuk mewujudkan budaya positif dan menguatkan keyakinan terhadap nilai
kebajikan universal membutuhkan kerja keras semua pihak baik guru dan semua
warga sekolah.
3.
Teori Motivasi,
Hukuman, Penghargaan, dan Restitusi
Setiap perilaku salah atau tindakan pelanggaran yang
dilakukan oleh murid kita pasti punya motivasi
tertentu yang terbagi menjadi tiga, yaitu: untuk menghindari punishman
atau hukuman, untuk mendapatkan reaward atau penghargaan, kemudian
motivasi yang paling baik adalah
untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Dari
tidakan yang didasari motivasi-motivasi tersebut maka seorang guru akan memberikan respon kepada muridnya yang
dikategorikan menjadi konsep budaya
identitas gagal dan konsep Budaya identitas sukses. Konsep budaya identitas
gagal mencakup 2 (dua) tindakan yaitu
memberikan hukuman dan penghargaan, yang dimaksud dengan hukuman adalah bentuk pengendalian perilaku
seseorang yang bersifat
memaksa dan menyakitkan, sedangkan penghargaan adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan suatu imbalan yang diinginkan.
Kemudian konsep Budaya identitas sukses
mencakup 2 (dua) tindakan
yaitu konsekuensi dan restitusi, yang dimaksud dengan konsekuensi adalah bentuk pengendalian perilaku seseorang yang membutuhkan proses
stimulus respon, sedangkan restitusi adalah proses mencipakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan sehingga mereka bisa kembali pada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.
4.
Kebutuhan Dasar Manusia
Setia manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
dalam hidupnya. Kebutuhan dasar manusia merupakan hal yang sangat urgen dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap individu untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh karena
itu, penting untuk memahami kebutuhan dasar manusia termasuk murid kita. Murid kita melakukan suatu tindakan mencari
perhatian, ingin berbuat bebas, menganggu teman, bermain di luar batas seperti
tersebut bisa saja karena kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, sehingga
mereka berusaha mencari
cara agar bisa terpenuhi. Kebutuhan
tersebut dibagi menjadi
lima, yaitu : bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. Guru perlu memahami 5
kebutuhan dasar manusia tersebut karena setiap murid memiliki cara pandang yang
berbeda dan perilakunya. Perlilaku yang dilakukan murid tentunya mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhannya.
5.
Keyakinan Kelas
Alasan
utama perlu dibuat keyakinan kelas adalah adanya nilai yang diyakini bersama.
Kemudian nilai tersebut merupakan kesepakatan bersama sehingga tidak ada alasan
untuk melanggar kesepakatan yang dibuat bersama. Diperlukan suatu nilai yang
membantu mereka menjadi murid yang berbudaya positif dalam hal ini adalah
keyakinan kelas, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati oleh
guru dan murid secara tersirat
dan tersurat dalam kelas sebagai
acuan dalam berperilaku terhadap diri sendiri
dan orang lain dalam lingkungan tersebut. Untuk membentuk keyakinan kelas dan kesepakatan kelas
ada prosedurnya. Diawali bercurah pendapat tentang peraturan yang
perlu disepakati di sekolah/kelas. Mencatat semua masukan-masukan para
murid/warga sekolah Menyusun keyakinan kelas sesuai prosedur dengan mengganti kalimat-kalimat dalam bentuk
negatif menjadi positif. Meninjau
kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Meninjau ulang keyakinan
kelas yang sudah disepakati bersama.menyetujuinya dengan
menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua
warga/murid. Pada bagian akhir bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat
yang mudah dilihat semua warga kelas.
6.
Posisi Kontrol
Guru
Salah
satu peran guru yang sangat urgen dalam mewujudkan budaya positif adalah posisi
kontrol terhadap perilaku murid. Budaya positif juga bisa diwujudkan dengan
memiliki posisi kontrol terbaik sebagai seorang guru dalam merespon
tindakan yang dilakukan murid. Posisi kontrol tersebut
dibagi menjadi lima, yaitu,
penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dalam hal ini posisi manajer dianggap sebagai posisi kontrol yang terbaik dan ideal untuk
diterapkan. Posisi manajer lebih efektif sikap guru ketika melihat murid
yang melakukan kesalahan tidak langsung menghukum atau menasehati. Namun
diawali dengan memahami tindakan ketika bersalah itu biasa, ada alasan, dan
solusinya.
7.
Segitiga
Restitusi
Penerapan
segitiga restitusi menunjukkan bahwa guru sedang memposisikan diri sebagai
posisi manajer. Pada posisi manager guru tidak berperan sebagai pengatur
perilaku muridnya, melainkan guru sebagai
pembimbing murid agar bisa mengatur dirinya menjadi pribadi dengan karakter
yang lebih kuat lagi. Disinilah
konsep Budaya identitas sukses diterapkan melalui restitusi yang memiliki
3 tahapan, yaitu : menstabilkan identitas, validasi tindakan
yang salah dan menanyakan keyakinan. Strategi dengan segitiga restitusi
lebih nyaman bagi murid dan bisa menguatkan motivasi instrinsik bagi murid
dalam menyelesaikan maslahnya sendiri.
Demikianlah garis besar materi yang saya sampaikan dalam kegiatan diseminasi secara daring modul
1.4. Budaya Positif melalui kegiatan
berbagi ini berharap rekan
sejawat bisa mengimplementasikan sedikit pengetahuan di kelas masing-masing
sehingga budaya positif bisa terwujud
di sekolah. Utamanya penerapan sikap disiplin diri pada
murid. Guru perlu memfasilitasi murid agar bisa memiliki disiplin diri yang
kuat. Tiada gading yang tak retak aksi nyata yang saya lakukan pasti masih
banyak kekurangan. Tentu banyak sekali hal yang perlu saya perbaiki dalam pelaksanaan
kegiatan ini, untuk itu saran dan masukan baik dari berbagai pihak akan menjadi
sangat berarti untuk perbaikan pada kegiatan-
kegiatan yang akan saya ke
depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar